20220326_224829

Upaya Solutif Mengatasi Masalah Kesehatan Reproduksi, Ibu, Bayi Baru Lahir, Anak dan Remaja

IMG-20220520-WA0056
120-500

Deteksinfo, Opini – Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) tahun 2022 dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan cakupan imunisasi yang sempat mengalami penurunan selama masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, terdapat 1,7 juta anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi Covid-19 sehingga pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional sangat penting.

Salah satu topik menarik yang erat kaitannya dengan program yang dicanangkan Kemenkes adalah isu seputar kesehatan reproduksi, ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja.

Keterlibatan semua pihak dalam menangani isu yang dimaksud sangat dibutuhkan mengingat kesehatan reproduksi, ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja akan berdampak besar untuk generasi penerus bangsa kedepannya.

Lalu apa solusi yang tepat untuk menangani masalah tersebut? Pada kesempatan ini tim Deteksinfo telah melakukan wawancara ekslusif bersama, H. Iwan Setiawan, mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar yang juga merupakan penerima penghargaan top 45 inovasi terbaik pelayanan kesehatan ibu dan anak tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh KemenpanRB.

Menurut H. Iwan Setiawan, ada 5 permasalahan utama yang butuh telaahan penting untuk ditemukan solusinya ketika kita berbicara tentang kesehatan reproduksi, ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja.

1. Belum optimalnya kinerja kesehatan. Hal ini terkait system pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya berkesinambungan yang berkontribusi pada rendahnya kesehatan ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja di Indonesia. Kehabisan stok obat juga masih menjadi tantangan dan kebanyakan disebabkan oleh pengadaan obat di tingkat kabupaten yang belum optimal.

2. Kebutuhan untuk mengatasi hambatan finansial. Berbagai kendala masih ditemui dalam hal pemanfaatan skema yang ada karena ketidaktahuan peserta maupun petugas kesehatan mengenai hak peserta maupun dalam hal regulasi terkait BPJS. Secara teori paket manfaat yang diberikan oleh JKN cukup komprehensif, namun belum seluruh masyarakat terdaftar sebagai peserta JKN, sehingga pelaksanaan JKN memberikan peluang untuk mengatasi hambatan finansial dalam akses ke pelayanan kesehatan.

3. Adanya disparitas permasalahan kesehatan menurut wilayah, faktor sosio-demografis maupun kebutuhan kelompok masyarakat yang terabaikan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi di antara kelompok masyarakat, misalnya terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja.

4. Tidak terintegrasinya indikator gizi dan KB dalam Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan, sementara peran sektor kesehatan dalam penyediaan pelayanan serta promosi gizi dan KB sangat besar. Pada saat ini berbagai masalah gizi dan KB masih terus menjadi masalah besar yang belum tertangani secara memadai.

5. Faktor sosio-budaya dan lingkungan terhadap akses ke pelayanan kesehatan. Pengaruh budaya dimana perempuan cenderung menyembunyikan kehamilannya karena berbagai alasan, akibatnya mereka terlambat mencari pelayanan antenatal. Selain itu, masih ada pandangan bahwa kehamilan merupakan hal yang normal, sehingga tidak perlu memeriksakan diri secara khusus dan rutin.

Selain itu, H. Iwan Setiawan juga merekomendasikan beberapa solusi efektif untuk menangani masalah ini, diantaranya :

1. Cakupan universal kesehatan ibu, bayi dan balita. Melakukan upaya mengurangi disparitas cakupan melalui pemetaan untuk perencanaan pelayanan, penghitungan logistik; pengaturan tenaga kesehatan; dan pemantauan dalam rangka peningkatan cakupan universal pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita yang berkualitas.

2. Pelayanan terintegrasi dan berkesinambungan. Menjamin dan memastikan terjadinya kesinambungan dan integrasi pelayanan kesehatan reproduksi, ibu, bayi dan anak dengan program lainnya seperti pelayanan KB, pencegahan penyakir menular (IMS/HIV, malaria, hepatitis B) serta penyakit tidak menular, yang disertai dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan.

3. Penguatan regulasi, kelembagaan dan tata kelola. Memastikan adanya dukungan perundangan yang efektif dalam penyelenggaraan program termasuk melakukan identifikasi dan revisi atas regulasi dan kebijakan yang menghambat pelaksanaan program dalam rangka menguatkan regulasi, kelembagaan dan tata kelola dalam program kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, KB dan kesehatan reproduksi dengan.

4. Kerjasama lintas-sektor dan semua stakeholder termasuk masyarakat. Meningkatkan kolaborasi lintas-sektor dan para pihak terkait sebagai upaya peningkatan status kesehatan ibu, bayi, anak melalui pelibatan dalam proses perencanaan program. Mengupayakan partisipasi pihak terkait lainnya untuk peningkatan sumber daya dan dukungan program sebagai upaya kegiatan advokasi yang sistematis dan efektif untuk mengupayakan partisipasi pihak.

5. Peningkatan sistem informasi. Upaya peningkatan surveilans pencatatan kematian atau memperluas sistem pencatatan sipil dan statistik vital untuk memantau kemajuan program dalam rangka meningkatkan penyediaan data yang akurat dan tepat waktu untuk program kesehatan ibu, bayi, anak dan remaja serta memperkuat pemanfaatan data untuk program. Hal lainnya, melakukan peningkatan kualitas, kelengkapan dan validitas data rutin serta meningkatkan sinergitas data dengan sektor terkait lain untuk optimalisasi pemanfaatan data.

6. Program komprehensif kesehatan remaja melibatkan sektor terkait. Upaya pengembangan program komprehensif untuk mengatasi kebutuhan kesehatan remaja dan isu kesehatan reproduksi yang masih terabaikan lainnya dengan berbagai sektor terkait. Revisi kebijakan yang berdampak merugikan kesehatan serta mengembangkan strategi pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang efektif yang dilaksanakan secara bertahap dari wilayah dengan angka fertilitas remaja tinggi yang disertai dengan segmentasi sasaran intervensi berdasarkan profil remaja penting dipastikan.

Di akhir wawancara H. Iwan Setiawan mengingatkan agar seluruh elemen berperan aktif melakukan edukasi. Dia mengatakan yang paling penting adalah bagaimana kita berperan aktif dalam menyampaikan pesan edukatif terkait pentingnya kesehatan reproduksi, ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja kepada orang-orang disekeliling kita. (Ismail)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terkait lainnya